Beramal

 
 Amal Yang Tak Kan Pernah Usai
 
Perang Badar baru saja usai. Namun peristiwa itu tidak bisa hilang begitu saja di benak para sahabat. Karena Badar merupakan pengalaman mereka yang pertama dalam keramaian genderang perang. Pengalaman yang menorehkan lukisan indah sebagai sebuah potret pengorbanan dan kesetiaan pada Islam. Sehingga dalam diri mereka masih terngiang-ngiang kejadian demi kejadian yang baru mereka alami. Para sahabat saling mengomentari pengalaman unik itu dengan antusias yang ditimpali oleh sahabat lainnya dengan cerita yang lebih seru.


Memang. Badar menjadi pemandangan yang menakjubkan dalam sejarah perjuangan kaum muslimin. Para sahabat sangat bersemangat untuk mengisahkan peristiwa tersebut. Karena batapa saratnya peristiwa perang Badar dengan sikap-sikap kepahlawanan kaum muslimin. Cerita yang mengalir deras itu membuat mereka keasyikan menceritakan pengalaman mereka hingga satu sama lain saling membanggakan perilaku mereka dan kadang juga memandang remeh apa yang telah dilakukan oleh yang lainnya. Lalu muncullah sikap kekeliruan mereka dengan mengatakan bahwa, 'Anshorlah yang lebih hebat, Muhajirinlah yang lebih unggul, 'Auslah yang lebih kesatria, Khajrazlah yang tak tertandingi', dan sikap-sikap hubbul ghurur wa zhuhur lainnya.


Peristiwa itu nyaris menjadi sengketa di kalangan mereka. Dan ini dimanfaatkan kaum Yahudi untuk mengadu domba kaum muslimin. Musuh-musuh umat Islam itu pun memanas-manasi kaum muslimin dengan membangkitkan watak-watak jahiliyah. Lantaran diantara mereka saling membanggakan dirinya kemudian berujung pada pendirian masing-masing yang ingin membuktikan kehebatannya. Sehingga terdengarlah seruan, 'senjata……., senjata………, mari kita buktikan siapa yang paling hebat'. Kejadian itu pun sampai ke telinga Rasulullah SAW. beliau amat geram dengan sikap para sahabat yang keliru itu. Lalu Allah SWT. mengingatkan mereka dengan turunnya Q.S. Ali Imran: 100 - 102

"Hai orang-orang yang beriman jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu sampai menjadi kafir padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepadamu dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu?. Barang siapa yang berpegang teguh kepada agama Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kau mati melainkan dalan keadaan beragama Islam. Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepada ketika kamu dahulu masa jahiliyah bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hatimu lalu menjadilah kamu karena nikmat itu orang-orang yang bersaudara. Dan kamu berada di tepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk".
 
Sesudah itu Rasulullah SAW. melihat ada hal yang amat penting dari kasus itu adalah kaum muslimin mengalami waktu jeda dalam amaliyah dakwah. Hal ini sangat berpengaruh pada perilaku sahabat yang mudah menyimpan memori kenangan indah dan dapat membangkitkan sikap keliru tadi. Sehingga sesudah itu beliau memberikan amaliyah yang beruntun dan terus menerus tanpa henti untuk menunaikan tugas dakwah ini. Maka sesudah kejadian itu kaum muslimin melakukan beberapa ekspedisi militer hingga perang Uhud.


Amal Datang Tanpa Kenal Henti
Perjalanan waktu seiring dengan berjalannya amal. Bahkan keduanya saling lomba berdatangan. Kadang waktu mampu menyelesaikan sebuah amal. Namun kadang pula amal datang tanpa mampu ditunaikan meski telah berlalu beberapa waktu. Malah sering kali amal itu lebih banyak dari waktu yang tersedia sehingga ia tidak bisa diselesaikan oleh satu waktu atau satu generasi akan tetapi ia diselesaikan oleh waktu yang lain atau generasi berikutnya.


Kedatangan amal yang tak kenal henti sudah menjadi tabiat alam semesta. Selama putaran ala mini tidak pernah berhenti maka selama itu pula putaran amal yang tak kan henti. Meski demikian bagi seorang kader dakwah putaran waktu yang seiring dengan putaran amal bukanlah sesuatu yang harus dihindari melainkan harus diantisipasi agar dapat mengikuti alur perjalanan waktu dan amal. Seorang ulama dakwah telah lama mengingatkan murid-muridnya dengan menyatakan 'mengalirlah bersama amal-amal ini niscaya ia akan mengalirkan dirimu'. Karena itu catatan yang perlu kita tulis adalah jangan sampai mengabaikan kesempatan dan peluang yang telah diberikan kepada kita. Namun bila hal ini terabaikan maka nikmat kesempatan itu menjadi sia-sia. Rasulullah SAW. telah mengingatkan bahwa, 'ada dua kenikmatan yang sering dilupakan manusia yakni kesempatan dan kesehatan'. (HR. Muslim).


Jangan Pernah Lelah Dalam Beramal
Tidak dipungkuri lagi bahwa tabiat seorang mukmin sejati adalah berbuat, berbuat dan terus berbuat. Sehingga seluruh waktunya selalu diukur dengan produktivitas amalnya. Karena itu diam tanpa amal menjadi aib bagi orang beriman. Mereka harus mencermati peluang-peluang untuk selalu berbuat. Maka perlu diingat bahwa 'ngangur' dapat menjadi pintu kehancuran. Tidaklah mengherankan bahwa banyak ayat maupun hadits yang memberikan motivasi dan rangsangan agar selalu berbuat dan menghindari diri dari sikap malas dan lemah untuk berbuat. Untuk itu Rasulullah SAW. menyegerakan para sahabat menlanjutkan agenda lainnya sebab bila tidak, yang terjadi adalah peluang konflik dan friksi antar sesame atau akan disibukan dengan hal-hal sepele.

'Pikiran tak dapat dibatasi, lisan tak dapat dibungkam, anggota tubuh tak dapat diam. Karena itu jika kamu tidak disibukan dengan hal-hal besar maka kamu akan disibukan dengan hal-hal kecil'. (Abdul Wahab Azzam).

Ritme kehidupan orang yang beriman selalu terus berada siklus hidupnya yang selalu berputar maka sesudah selesai menunaikan satu tugas maka ia harus menyiapkan dirinya untuk menunaikan tugas besar lainnya. Siklus yang demikian dapat menyehatkan diri dan amalnya karena ia dapat memanfaatkan waktunya dan dapat mengukir goresan indah dalam waktunya. "Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain". (Q.S. Al Insyirah: 7).

Bila perjalanan amal yang begitu panjang sering terjadi dalam kehidupan ini maka tidak ada pilihan lain kecuali mempersiapkan diri untuk mengarunginya. Salah satu penyiapan yang amat perlu dimiliki adalah sikap tidak pernah lelah dalam amal. Karena sikap lelah dan terus merasa lelah akan memperkecil potensi produktivitas dan akan menggerogoti energi untuk berbuat. Maka kita perlu mengantisipasi dan memerangi kelelahan kita. Bisa dengan recovery tarbiyah dengan mendisplinkan diri dalam menerapkan manhaj, rihlah, siyahah atau amal-amal tarbawi lainnya. Rasulullah SAW. pun menyuruhnya 'rehatkanlah hatimu karena hatimu tidak terbuat dari batu'.

Saatnya Kita Ukir Prestasi Dakwah Dengan Ukiran Terindah
Setiap kesempatan yang diberikan kepada seorang mukmin maka setiap saat itu pula ada satu kaedah perintah secara implisit untuk dapat mengukir prestasi dirinya. Agar apa yang dilakukannya dengan berputarnya waktu mampu disesuaikan dengan tuntutan zaman dan kapabilitas rijalnya. Seperti kaedah dakwah yang memaparkan, 'setiap dakwah ada marhalahnya dan setiap marhalah ada tuntutannya dan setiap tuntutan ada orangnya'.


Sangat mudah untuk dipahami bila setiap waktu ada tuntutannya maka kita mesti menyelaraskan diri agar sesuai dengannya. Tuntutan ini selaras dengan amanah yang diembankan kepada kita saat ini. Dan dalam pandangan Islam setiap amanah merupakan sesuatu tugas yang tidak boleh dikhianati atau diabaikan hingga tidak dapat menunaikannya dengan baik. Inilah kesempatan emas bagi kita untuk mengukir ukiran terindah dalam hidup kita secara personal maupun kolektif agar kita mampu memberikan cermin indah bagi orang lain ataupun generasi berikutnya.



Apa Agenda Berikut?
Kita telah mafhum bahwa kemarin kita telah memaksimalkan tadhiyah untuk jihad siyasi. Dan kitapun telah mengetahui balasan yang diberikan Allah atas upaya maksimal kita. Namun bukan berarti kita telah selesai dalam amal jihadiyah ini. melainkan kita menindak lanjuti prosesi amal ini. Agenda besar yang dapat kita lakukan adalah: Pertama, Recovery tarbiyah, maksudnya adalah mengembalikan iklim tabawi seperti semula yang menanamkan sikap komitmen pada Islam sikap kekokohan maknawi dan militansi nilai-nilai dakwah. Begitu pula tentang apakah perjalanan liqa tarbawinya sebagaimana perjalanan di waktu normal. Memang kita akui bahwa saat kemarin perjalanan liqa tarbawi ini sedikit mengalami 'gangguan'. Juga kondisi ruhaniyah dan moral para kader dakwah yang selalu menjadi pijakan dasar bagi para kader apakah dalam kondisi prima ataukah sebaliknya. Sehingga aktivitas yang biasa dilakukan melalui mabit-mabit dapat dikerjakan atau jalsah ruhiyah yang selalu diagendakan bagi akhwat dan lainnya. Kedua, Taushi'atul Junud (Ekspansi Rekrutmen), sesudah banyak orang yang berhimpun dalam barisan dakwah ini maka kita harus memberikan hak tarbiyah mereka. Apalagi mereka pun sesungguhnya sangat menanti kehadiran kader dakwah untuk bisa membina diri mereka dan menjadikan mereka sebagai bagian dari mesin besar dakwah ini. Pada waktu yang lalu rekrutmen kader terbatas pada satu pintu tertentu, yakni kalangan akademisi. Di hari ini segmentasi rekrutmen sudah sangat beragam. Sehingga para junud dakwah ini harus dapat mengantisipasi untuk memperluas wilayah pembinaan di berbagai kalangan. Ketiga, Ta'amuq Dzaty, memperdalam kualitas dan kemampuan diri. Sudah kita ketahui bahwa semakin banyak amanah yang dipercayakan umat kepada kita maka harus semakin meningkat kualitas dan kemampuan kita untuk dapat menunaikannya. Dan sekarang amanah yang diserahkan kepada kita pun dengan urusan yang beragam. Sehingga kita pun selayaknya memperdalam kemampuan kita untuk dapat menyelesaikan urusan orang banyak yang beragam itu. Keempat, qudrah lish shadamah, kemampuan untuk berbenturan, semakin tinggi pohon menjulang maka semakin banyak angina yang menggoyang. Bila ini dikaitkan dengan dakwah maka semakin tegaknya bangunan dakwah amak semakin banyak pula ujian pada dakwah ini. baik ujian yang menyenangkan atau ujian yang menyusahkan. Oleh karena itu kader-kader dakwah perlu membentengi diri sehingga bisa menghadapi benturan apapun yang manghadangnya. Kelima, Taqwiyatu Billah, memperkokoh hubungan dengan Allah SWT. yang dapat menjadikan diri kita mampu dan kuat tidak lain karena hubungan yang kuat pula pada Allah SWT. sehingga kita tidak boleh mengabaikan amal-amal yang menghantar diri kita ke arah itu. Dan amaliyah ini sedapat mungkin menjadi harian kader yang selalu menghias pada jiwa dan raganya. Wallahu 'alam bishshawab.